http://internetmatauang.blogspot.com

SEPOTONG ROTI PENEBUS DOSA

Abu Burdah bin Musa Al-Asy'ari meriwayatkan, bahwa ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepada puteranya: "Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sepotong roti."
Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukannya itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita sehingga diapun tergoda dalam bujuk rayunya dan bergelimang di dalam dosa selama tujuh hari sebagaimana perkara yang dilakukan oleh pasangan suami-isteri. Setelah ia sadar, maka ia lalu bertaubat, sedangkan tempat ibadahnya itu ditinggalkannya, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi mengembara sambil disertai dengan mengerjakan solat dan bersujud.

Akhirnya dalam pengembaraannya itu ia sampai ke sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapat dua belas orang fakir miskin, sedangkan lelaki itu juga bermaksud untuk menumpang bermalam di sana, karena sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh, sehingga akhirnya dia tertidur bersama dengan lelaki fakir miskin dalam pondok itu. Rupanya di samping kedai tersebut hidup seorang pendita yang ada setiap malamnya selalu mengirimkan beberapa buku roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu dengan masing-masingnya mendapat sebuku roti.

Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagi-bagikan roti kepada setiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang sedang bertaubat kepada Allah itu juga mendapat bahagian, karena disangka sebagai orang miskin. Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bahagian dari orang yang membahagikan roti tersebut, sehingga kepada orang yang membahagikan roti itu ia berkata: "Mengapa kamu tidak memberikan roti itu kepadaku." Orang yang membagikan roti itu menjawab: "Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis, dan aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari satu buku roti." Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bahagian tadi. Sedangkan keesokan harinya, orang yang bertaubat itu meninggal dunia.

Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadat yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sebuku roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sebuku roti tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu. Kepada anaknya Abu Musa berkata: "Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sebuku roti itu!"

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KULAFAURRASYIDIN

Perkembangan Ilmu Politik, Sosial, Ekonomi dan Sastra
a)      Politik
Perintah untuk mengangkat abu bakar sebagai khlifah pengganti beliau. Akan tetapi ad golongan yang berpendapat bahwa perintah nabi kepada abu bakar untuk mengganti imam sholat bukanlah sama artinya sebagai pengangkatan menjai seorang khalifah.
Preoblem besar yang dihadapi abu bakar adalah munculnya nabi-nabi palsu, munculnya kelompok ingkar zakat, serta munculnya kaum-kaum murtad. Namun karena keiklasan dan kejujuranya abu bakar mamapu memimpin masa transisiini selama 2 tahun. Kekuasan yang dijalankan pada masa abu bakar sebagaimana pemerintahan pada masa rasulullah yakni bersifat sentral
Pada masa umar gelomang ekspansi ( perluasan daerah kekuasaan ) pertama terjadi di ibukota syria damaskus. Jatuh tahun 635 m. Pada masa pemerintahan umar, wilayah kekuasaan islam sudah meliputi jazurah arabia , palestina, syria sebagian wilayah persia dan mesir karena begitu cepatnya perluasan islam .untuk memudahkan dalam mengatur administrasi ,maka umar membagi daerah kekuasan islam menjadi 8 propinsi yaitu : makkah, madinah, syria,basrah, kafah, palestina dan mesir

Setelah Ustman meninggal. terjadilah kekosongan kepemimpinansalam sejarah islam, untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, akhirnya umat islam beramai-ramai mengangkat Ali sebagai khalifah menggantikan Ustman, pada saat itu tidak ada seorang pun selain dia, baik dikota madinah maupun diseluruh dunia islam . Seorang yang dapat dipercaya oleh kaum muslimin seluruhnya.
Suatu yang pertama kali dilakukan Ali adalh memecat Mu’awiyah dari jabatannya di Syam dan mengangkat sumbol hunauf sebagai penggantinya. Kaum umayah menuntut agar Ali menghukum pembunuh Ustman. akan tetapi Ali tidak , melakukan itu, sehingga kaum umayah diketahui Mu’awiyah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Ali.
b.   Ekonomi
System perekonomian pada masa pemerintahan khulafaurrasyidin adalah bertani dan berdagang setiap hari mereka disibukkan dengan pesoalan air dan rumput-rumput. Hasil pertanian yang mereka ekspor antara lain, kurma, kayu gaharu, buah kismis anggur dan lainnya selain bertani, unsure terpenting dalam perekomoianmereka adalah berdagang. Masyarakat arab waktu itu sudah mengenal ekspor impor. Komoditas ekspor arab selatan dan yaman adalah dupa, kemenyan, kayu gaharu, minyak wangi dan kulit binatang. Buah kismis anggur dan lainnya . Komoditas yang mereka impor dari afrika timur antara lain kayu untuk bangunan, bulu burung unta, lantakan logam mulia dan badat. Dari asia selatan dan china adalah daging, batu mulia, sutra, pakaian, pedang, rempah-rempah. Sedangkan dari negara teluk persia mereka mengimpor intan. Mereka memperoleh pedang dan pakaian dari asia selatan dan china, ekspor-impor sudah dikenal sejak masa khulafaurrasyisin, mereka membuka hubungan dengan negara-negara disekitar mereka.
c.   Sosial
Secara giografis Arab bertanah tandus dan didominasi oleh gurun pasir, kendaraan yang mereka gunakan adalah unta. masyarakat menggunakan cadar (penutup hidung) agar tidak menghirup pasir, wilayah arab yang kering berbatu dan sebagian besar adalah gurun pasir mempengaruhi watak orang Arab. Orang Arab memiliki solidaritas isternal yang sangat kuat dan sebaliknya ganas terhadap suku dan kabilah lain. Pada masa Nabi, sifat kesukuan ini berhasil dirubah menjadi sifat nasionalisme kenegaraan, yang awalnya mereka bangga menyebut-nyebut semboyan kesukuannya menjadi berubah menjadi semboyan islam, pada masa Abu baker, Umar, sifat ini timbul kembali sehingga menimbulkan perpecahan dalam golongan islam. terutama pada masa Ustman dan Ali. sifat kesukuan ini yang menghancurkan umat islam.
d.   Sastra
Sejarah sastra arab, mencatat banyak penyair-penyair Mu’allaqat, diantaranya adalah tujuh orang yaitu yang terkenal dengan sebutan (seven suspendeds poems) mereka adalah :
a)      Ibnu al-qais bin Haris al-kindi (500-540)
b)      Zuhair bin Abu Sulma Al-Muzani (530-627)
c)      Al Nabiqah al Zubiani (W sekitar 604)
d)      Labid bin Rabiah al-amiri (560-661)
e)      Tarafah bin Abdul Bakri (543-569)
f)        Antarah bin Syaddad Al-Bakri ( W sekitar 580)
Banyaknya sastrawan-sastrawan Arab ini menunjukkan bahwa sastra pada saat itu sudah sangat terkenal dan menjadi budaya orang Arab, orang Arab sangat menghormati sastrawan.

HUKUM MENGGUGURKAN KANDUNGAN HASIL PEMERKOSAAN



HUKUM MENGGUGURKAN KANDUNGAN HASIL PEMERKOSAAN DOWNLOAD bacaan selanjutnya

$6.00 Welcome Survey After Free Registration!

exclusivemails.net

FATWA-FATWA KONTEMPORER

HUKUM MUKHADDIRAT (NARKOTIK)

Segala puji kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah. Wa ba'du:

Ganja, heroin, serta bentuk lainnya baik padat mahupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat (narkotik) adalah termasuk benda-benda yang diharamkan syara' tanpa diperselisihkan lagi di antara ulama.

Dalil yang menunjukkan keharamannya adalah seperti berikut:

1. Ia termasuk kategori khamar menurut batasan yang dikemukakan Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a.:

"Khamar ialah segala sesuatu yang menutup akal."[1]

Yakni yang mengacaukan, menutup, dan mengeluarkan akal dari tabiatnya yang dapat membezakan antar sesuatu dan mampu menetapkan sesuatu. Benda-benda ini akan mempengaruhi akal dalam menghukumi atau menetapkan sesuatu, sehingga terjadi kekacauan dan ketidaktentuan, yang jauh dipandang dekat dan yang dekat dipandang jauh. Kerana itu sering kali terjadi kecelakaan lalu lintas sebagai akibat dari pengaruh benda-benda memabukkan itu.

2. Barang-barang tersebut, seandainya tidak termasuk dalam kategori khamar atau "memabukkan," maka ia tetap haram dari segi "melemahkan" (menjadikan loyo). Imam Abu Daud meriwayatkan dari Ummu Salamah.

"Bahawa Nabi saw. melarang segala sesuatu yang memabukkan dan melemahkan (menjadikan lemah)."[2]

Al-mufattir ialah sesuatu yang menjadikan tubuh loyo tidak bertenaga. Larangan dalam hadis ini adalah untuk mengharamkan, kerana itulah hukum asal bagi suatu larangan, selain itu juga disebabkan dirangkaikannya antara yang memabukkan --yang sudah disepakati haramnya-- dengan mufattir.

3. Bahawa benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam kategori memabukkan dan melemahkan, maka ia termasuk dalam jenis khabaits (sesuatu yang buruk) dan membahayakan, sedangkan diantara ketetapan syara': bahawa lslam mengharamkan memakan sesuatu yang buruk dan membahayakan, sebagaimana flrman Allah dalam menyifati Rasul-Nya a.s. di dalam kitab-kitab Ahli Kitab:

“... dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk ...” (al-A'raf: 157)

Dan Rasulullah saw. bersabda: "Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh memberi bahaya (mudarat) kepada orang lain."[3]

Segala sesuatu yang membahayakan manusia adalah haram:

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (an-Nisa': 29)

“... dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan ...” (al-Baqarah: 195)

Dalil lainnya mengenai persoalan itu ialah bahawa seluruh pemerintahan (negara) memerangi narkotik dan menjatuhkan hukuman yang sangat berat kepada yang mengusahakan dan mengedarkannya. Sehingga pemerintahan suatu negara yang memperbolehkan khamar dan minuman keras lainnya sekalipun, tetap memberikan hukuman berat kepada sesiapa yang terlibat narkotik. Bahkan sebahagian negara menjatuhkan hukuman mati kepada pedagang dan pengedarnya. Hukuman ini memang tepat dan benar, kerana pada hakikatnya para pengedar itu membunuh bangsa-bangsa demi mengeruk kekayaan. Oleh kerana itu, mereka lebih layak mendapatkan hukuman qishash dibandingkan dengan orang yang membunuh seorang atau dua orang manusia.

Syekhul lslam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya mengenai apa yang wajib diberlakukan terhadap orang yang mengisap ganja dan orang yang mendakwakan bahawa semua itu jaiz, halal, dan mubah?

Beliau menjawab:

"Memakan (mengisap) ganja yang keras ini terhukum haram, ia termasuk seburuk-buruk benda kotor yang diharamkan. Sama saja hukumnya, sedikit atau banyak, tetapi mengisap dalam jumlah banyak dan memabukkan adalah haram menurut kesepakatan kaum muslim. Sedangkan orang yang menganggap bahawa ganja halal, maka dia terhukum kafir dan diminta agar bertaubat. Jika ia bertaubat maka selesailah urusannya, tetapi jika tidak mahu bertaubat maka dia harus dibunuh sebagai orang kafir murtad, yang tidak perlu dimandikan jenazahnya, tidak perlu dishalati, dan tidak boleh dikubur di pemakaman kaum muslim. Hukum orang yang murtad itu lebih buruk daripada orang Yahudi dan Nasrani, baik ia beriktikad bahawa hal itu halal bagi masyarakat umum mahupun hanya untuk orang-orang tertentu yang beranggapan bahawa ganja merupakan santapan untuk berfikir dan berzikir serta dapat membangkitkan kemahuan yang beku ke tempat yang terhormat, dan untuk itulah mereka mempergunakannya."

Sebahagian orang salaf pernah ada yang berprasangka bahawa khamar itu mubah bagi orang-orang tertentu, kerana menakwilkan firman Allah Ta'ala:

“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh kerana memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan ...” (al-Ma'idah 93)

Ketika kes ini dibawa kepada Umar bin Khattab dan dimusyawarahkan dengan beberapa orang sahabat, maka sepakatlah Umar dengan Ali dan para sahabat lainnya bahawa apabila yang meminum khamar masih mengakui sebagai perbuatan haram, mereka dijatuhi hukuman dera, tetapi jika mereka terus saja meminumnya kerana menganggapnya halal, maka mereka dijatuhi hukuman mati. Demikian pula dengan ganja, barangsiapa yang berkeyakinan bahawa ganja haram tetapi ia mengisapnya, maka ia dijatuhi hukuman dera dengan cemeti sebanyak lapan puluh kali atau empat puluh kali, dan ini merupakan hukuman yang tepat. Sebahagian fuqaha memang tidak menetapkan hukuman dera, kerana mereka mengira bahawa ganja dapat menghilangkan akal tetapi tidak memabukkan, seperti al-banj (Ienis tumbuh-tumbuhan yang dapat membius) dan sejenisnya yang dapat menutup akal tetapi tidak memabukkan. Namun demikian, semua itu adalah haram menurut kesepakatan kaum muslim. Barangsiapa mengisapnya dan memabukkan maka ia dijatuhi hukuman dera seperti meminum khamar, tetapi jika tidak memabukkan maka pengisapnya dijatuhi hukuman ta'zir yang lebih ringan daripada hukuman jald (dera). Tetapi orang yang menganggap hal itu halal, maka dia adalah kafir dan harus dijatuhi hukuman mati.

Yang benar, ganja itu memabukkan seperti minuman keras, kerana pengisapnya menjadi kecanduan terhadapnya dan terus memperbanyak (mengisapnya banyak-banyak). Berbeza dengan al-banj dan lainnya yang tidak menjadikan kecanduan dan tidak digemari. Kaedah syariat menetapkan bahawa barang-barang haram yang digemari nafsu seperti khamar dan zina, maka pelakunya dikenai hukum had, sedangkan yang tidak digemari oleh nafsu, seperti bangkai, maka pelakunya dikenai hukum ta'zir.

Ganja ini termasuk barang haram yang digemari oleh pengisapnya dan sulit untuk ditinggalkan. Nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah mengharamkan atas orang yang berusaha memperoleh sesuatu yang haram sebagaimana terhadap barang lainnya. Dan munculnya kebiasaan memakan atau mengisap ganja ini di kalangan masyarakat hampir bersamaan dengan munculnya pasukan Tatar. Kerana ganja ini muncul lantas muncul pula pedang pasukan Tatar."[4]

Maksudnya, kemunculan atau kedatangan serbuan pasukan Tatar sebagai hukuman dari Allah kerana telah bermaharajalelanya kemunkaran di kalangan umat Islam, diantaranya adalah bermaharajalelanya ganja terkutuk ini.

Di tempat lain beliau (Ibnu Taimiyah) berkata pula:

"Ada juga orang yang mengatakan bahawa ganja hanya mengubah akal tetapi tidak memabukkan seperti al-banj, padahal sebenarnya tidak demikian, bahkan ganja itu menimbulkan kecanduan dan kelazatan serta kebingungan (kerana gembira atau susah), dan inilah yang mendorong seseorang untuk mendapatkan dan merasakannya. Mengisap ganja sedikit akan mendorong si pengisap untuk meraih lebih banyak lagi seperti halnya minuman yang memabukkan, dan orang yang sudah terbiasa mengisap ganja akan sangat sulit untuk meninggalkannya, bahkan lebih sulit daripada meninggalkan khamar. Kerana itu, bahaya ganja dari satu segi lebih besar daripada bahaya khamar. Maka para fuqaha bersepakat bahawa pengisap ganja wajib dijatuhi hukum had (hukuman yang pasti bentuk dan bilangannya) sebagaimana halnya khamar.

Adapun orang yang mengatakan bahawa masalah ganja ini tidak terdapat ketentuan hukumnya dalam Al-Qur'an dan hadis, maka pendapatnya ini hanyalah disebabkan kebodohannya. Sebab di dalam Al-Qur'an dan hadis terdapat kalimat-kalimat yang simpel yang merupakan kaedah umum dan ketentuan global, yang mencakup segala kandungannya. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an dan al-hadis dengan istilah 'aam (umum). Sebab tidak mungkin menyebutkan setiap hal secara khusus (kes per kes)."[5]

Dengan demikian, nyatalah bagi kita bahawa ganja, opium, heroin, morfin, dan sebagainya yang termasuk makhaddirat (narkotik) --khususnya jenis-jenis membahayakan yang sekarang mereka istilahkan dengan racun putih-- adalah haram dan sangat haram menurut kesepakatan kaum muslim, termasuk dosa besar yang membinasakan, pengisapnya wajib dikenakan hukuman, dan pengedar atau pedagangnya harus dijatuhi hukuman mati, kerana ia memperdagangkan ruh umat untuk memperkaya dirinya sendiri. Maka orang-orang seperti inilah yang lebih utama untuk dijatuhi hukuman seperti yang tertera dalam firman Allah:

“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orangyang berakal, supaya kamu bertakwa.” (al-Baqarah: 179)

Adapun hukuman ta'zir menurut para fuqaha muhaqqiq (ahli membuat keputusan) boleh saja berupa hukuman mati, tergantung kepada mafsadat yang ditimbulkan pelakunya.

Selain itu, orang-orang yang menggunakan kekayaan dan jabatannya untuk membantu orang yang terlibat narkotik ini, maka mereka termasuk golongan:

“... orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerosakan di muka bumi ...” (al-Ma'idah: 33)

Bahkan kenyataannya, kejahatan dan kerosakan mereka melebihi perampok dan penyamun, kerana itu tidak menghairankan jika mereka dijatuhi hukuman seperti perampok dan penyamun:

“... Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang berat” (al-Ma'idah: 33)